Surabaya, MercuryFM – Bulan Oktober diperingati sebagai Bulan Kesadaran Kanker Payudara yang merupakan kampanye tahunan untuk meningkatkan kesadaran tentang Kanker Payudara untuk mendeteksi dini melalui SADARI (Periksa Payudara Sendiri).
Diketahui, kanker payudara masih menduduki angka tertinggi kejadian kanker di Indonesia. Salah satu gejala yang sering diabaikan ialah munculnya benjolan tanpa rasa nyeri.
Spesialis Bedah Onkologi, dr. Andy A Sunanda, Sp.B (K), mengatakan, masih banyak perempuan di Indonesia salah persepsi menganggap benjolan yang terasa nyeri lebih berbahaya dibanding yang tidak.
“Padahal benjolan yang terasa nyeri itu biasanya karena infeksi. Yang harus lebih diwaspadai itu benjolan yang tidak terasa nyeri selama berbulan-bulan, karena gejala kanker awal-awal memang tidak ada rasa nyeri,” terangnya dalam acara Pink Talk, yang digelar National Hospital (NH) Surabaya, Senin (31 Oktober/2022).
Untuk diketahui, kanker payudara merupakan tumor ganas yang ada di area payudara. Penyebabnya, 10 persen berasal dari keturunan atau genetika dan 90 persen masih belum diketahui penyebabnya.
Bertepatan dengan Bulan Peduli Kanker Payudara, dokter Andy pun mengajak para perempuan untuk tetap waspada dengan gejala dan faktor risiko kanker payudara.
Selain benjolan yang tidak terasa nyeri, gejala lainnya adalah keluarnya cairan dari payudara, kulit permukaan payudara bertekstur kasar seperti kulit jeruk dan ukuran payudara menjadi tidak semetris.
Terkait faktor risiko kanker payudara, dokter Andy menjelaskan, ada beberapa faktor risiko yang bisa memicu kanker payudara. Antara lain tingginya hormon estrogen pada perempuan. Hal ini biasanya dialami oleh perempuan yang tidak hamil dan menyusui.
“Makanan olahan, makanan yang diasap dan perokok juga bisa menjadi faktor risiko kanker payudara, selain genetika atau keturunan,” terangnya.
Dokter Andy kembali mengingatkan agar para perempuan rajin melakukan upaya preventif sekunder dengan Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Upaya ini bisa dilakukan 7 sampai 10 hari setelah menstruasi.
“Kanker payudara ini tidak bisa dicegah dengan upaya preventif premier, seperti 3M pada DBD atau pemberian vaksin HPV pada kanker serviks. Yang bisa dilakukan adalah upaya preventif sekunder, menemukan penyakit sebelum ada keluhan atau gejala,” imbuhnya.
Terakhir, ia juga berpesan bagi para survivor yang saat ini sedang berjuang melawan kanker payudara, untuk tetap fokus pada pengobatan yang dilakukan.
“Semangat, pikiran jangan cemas dan yang terpenting jangan banyak dengarkan omongan orang lain. Sebab, emosi akan berpengaruh pada proses pengobatan yang dijalani, untuk itu penting tetap berpikir positif dan semangat,” pungkasnya. (dan)